Arti sebuah Nama

(Artikel ini adalah kutipan dari Khotbah khotbah eyang Drie yang disampaikan dalam rangka peresmian Rumah Ibadah GITJ Salatiga).

Saudara yang terkasih,

Dalam Alkitab, sebuah nama sangat penting, karena nama manunjukkan akan kepribadian dan sifat yang punya nama. Alkitab juga menjelasakan, bahwa pemberian nama biasanya dilakukan oleh orang yang lebih tua atau yang lebih berwibawa (misalnya orang tua atas anak-anaknya, atau cucunya atau anggota keluarganya). Di PB, Tuhan Yesus kadang-kadang menambahi atau merubah nama seseorang, misalnya: Lewi dirubah menjadi Matius, Yohanes dan Yakobus ditambah dengan Boanerges, Simon ditambah dengan Petrus).

Motivasi dalam pemberian nama adalah: pengharapan atau nubuat. Pemberian nama juga sering mengandung arti yang dalam dan lebih pribadi, yakni pemberian positif akan sifat. Memang hal itu menunjuik pada sifat atau karakter orang yang diberi nama. Sedangkan sumber nama yang menjadi pilihan adalah keadaan, situasi dan kondisi. Suatu hal yang menarik perhatian kita adalah: Koehler (salah seorang teolog zaman modern ini) pernah mengatakan, bahwa pemberian nama itu sama halnya dengan pemberian jimat yang diwariskan dari seorang tua kepada seseorang yang lebih muda.

Pemberian nama berkaitan dengan pengalaman seseorang dalam perjalanan hidupnya atau karena sebab akibat termasuk cerita sebab (aetiologi), misalnya: dalam Sejarah pemberian nama bagi suatu tempat atau kerajaan zaman dulu, contohnya: Mojopahit, Mataram, nama sebuah tempat atau desa dan sebagainya.

Nah, sekarang apa nama GITJ kita ? Eyang Drie sudah lama berpikir untuk pemberian nama GITJ Salatiga ini. Hal itu terkait dengan keadaan situasi dan tempat di mana sekarang ini GITJ Salatiga berada, yakni dfi sebuah dataran tinggi atau katakanlah pegunungan di desa Bugel. Kenapa gunung ? Di Alkitab, gunung dijadikan lambang keabadian (Ul 33:15; Hab 3:6) dan keadaan yang teguh kokoh (Yes 54:10). Gunung dan bukit sebagai objek kekuatan dan kemuliaan Sang Pencipta (Mzm 65:7, 68:17). Gunung melambangkan jalan hidup yang sulit (Yer 13:16), hambatan-hambatan (Mat 21:21), dan kesulitan lainnya (Za 4:7), namun semua itu dapat diatasi oleh orang beriman (Mat 17:20). Gunung bahkan merupakan tempat penampakan Tuhan Allah (kepada Musa di G.Sinai), tempat Tuhan Yesus dipermuliakan juga di bukit, tempat Tuhan Yesus mengajar juga di bukit (Mat 5-7), bahkan tempat yang dipakai untuk menyalibkan Tuhan Yesus (Golgota), tempat Tuhan Yesus mengumpulkan para murid dan Tuhan Yesus naik ke Sorga sambil memberkati para murid-Nya (Bukit Zaitun).

Itulah sebabnya Eyang Drie mencari nama sebuah Gunung dari Alkitab untuk pemberian nama GITJ Salatiga. Akhirnya menemukannya di Mazmur 133:3 yakni: HERMON. Puncak Gunung Hermon tertutup es dan salju di sepanjang tahun, yang menyebabkan adanya embun yang melmpah bahkan aliran air yang mengalir deras yang memenuhi danau Genesaret dan sungai Yordan, sehingga tidak mungkin ada kekeringan (bdk. Mzm 1:3). Istilah dalam bahasa Ibrani: har berarti gunung atau bukit (Jawa: gumuk), Har khermon (gunung Hermon) berarti: gunung kesucian. Di sinilah Alkitab mencatat terdapat peristiwa besar, yakni pemuliaan Tuhan Yesus dengan diapit tokoh PL yakni Musa dan Elia dan disaksikan oleh: Petrus, Yohanes dan Yakobus (Mat 17:1-13). Dari gunung Hermon itulah Tuhan memberikan berkat yang luar biasa. Tidak terkecuali berkat yang tercurah dan memenuhi bukit-bukit Sion.

Nama itulah yang melengkapkan GITJ Salatiga seperti ini: GEREJA INJILI DI TANAH JAWA (GITJ) BUKIT HERMONSALATIGA

Pemberian nama ini mengharuskan kita terus memelihara Gereja kita bersama seperti makna yang terkandung di dalam nama tersebut. Biarlah kita sebagai ”talang” atau saluran berkat Tuhan atas masyakat di sekitar kita di mana kita hadir. Demikian juga seperti bunyi dalam motto GITJ Salatiga, yakni: ”menjadikan berkat bagi kota di mana kita berada”.
Amin.