Garam Terang Dunia

on Minggu, 23 November 2008

Penulis : Pdt. Drie. S. Brotosudharmo, M.Si


Nats : ”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan ? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di gunung tidak mungkin tersembunyi”. (Matius 5:13-14).
Yunani: ”Hemeis este to alas tes ges, ean de to alas mooranthei, en tini alisthesetai; eis ouden iskhuei eti ei mee blethen eksoo katapateisthai hupo toon anthroopoon. Humeis este to foos tou kosmon. Hou dunatai polis kpubenai epanoo orous keimenei”.


Pendahuluan.

Gereja kita segera akan dibangun secara permanen di sebuah dataran tinggi atau perbukitan (Jawa: gumuk) di Bugel, yang kemudian akan ditentukan menjadi nama GITJ di Salatiga segera setelah pendewasaan nanti (Eyang Drie akan memberikan nama dan kini masih dalam kemasan yang belum dibuka. Soalnya masih rahasia deh. Tunggu dengan sabar saja, tanggal 1 Juli nanti ketika Eyang Drie khotbah). Itulah sebabnya, dalam renungan ini sengaja dipilih nats khusus yang sesuai dengan khotbah Tuhan Yesus di bukit.

Khotbah Tuhan Yesus di bukit (Matius 5-7) memaklumkan bagaimana peraturan Kerajan Allah yang sangat berbeda dengan peraturan-peraturan yang ada di bumi ini. Dapat juga hal ini sebagai suatu ”Undang-undang Kerajaan Allah”. Seorang tokoh Menonit Amerika, yakni: Paul Kraybill menyebut peraturan dalam Kerajan Allah itu dalam bukunya sebagai ”Kerajan Sungsang”. Artinya, aturan dalam Kerajaan Allah cenderung kebalikan dari aturan duniawi ini, misalnya: hukum tuntut-menuntut dan balas-membalas diganti menjadi hukum saling mengasihi, tanpa membalas dan tanpa kekerasan.

Kita segera mempelajari bersama: pertama: Apa, siapa dan bagaimana garam itu ? , kedua: Apa, siapa dan bagaimana terang itu ? dan ketiga: apa arti semua itu bagi kita ?

Apa, siapa dan bagaimana Garam itu ?

Apabila kita perhatikan, manfaat dari garam (garam dapur) antara lain: membuat masakan menjadi sedap dan enak (asal cukup, artinya tidak terlalu asin atau kurang asin). Garam juga bermanfaat bagi tubuh kita, misalnya: apabila tubuh kita kurang cairan garam (sakit) kita akan mendapatkan infus NaCl, juga menanggulangi penyakit gondok (garam beryodium). Garam juga dapat meluluhkan barang yang keras, misalnya: batu, besi. Demikian juga garam dapat dipakai sebagai bahan baku pengawet dan masih banyak manfaat lainnya.

Firman ini: ”Kamu adalah garam dunia”. Itu berarti kita ini dianggkat menjadi garam sejak kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Firman ini tidak mengatakan: ”Kamu akan menjadi”, namun ”Kamu adalah”. Itu berarti kita diberi status dan predikat sebagai garam sekarang ini. Kedudukan status kita adalah di bumi, yakni di mana kita ini ada (tempat dan waktu) kekinian, tempat di mana kita hidup. Garam itu pasti asin rasanya dan tidak mungkin kehilangan rasa asinnya. Namun demikian memang ada garam yang tidak berasa asin. Coba kita proses garam itu di laboratorium kimia:

Garam (= Na Cl), kalau diberi air (= H2O) lalu dibakar. Maka yang ada atau tinggal adalah: arang (= Na2O) dan gas (= Hcl). Apabila kita menjilat sisa pembakaran yakni: arang itu, maka tidak berasa asin. Itulah sebabnya dapat disebut garam kehilangan rasa asinnya. Jadi percuma saja dan benar sekali, Firman mengatakan: tidak ada gunanya dan dibuang serta akhirnya diinjak orang. Garam tanpa kandungan asin itulah lebu atau debu tanah. Mungkinkah dapat dimanfaatkan lagi sebagai pupuk ? Kalau toh dapat masih harus melalui proses yang tidak sederhana. Garam itulah kita semua orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Menjadi garam dunia berarti kita menjadi contoh kekudusan dalam hidup kita dan sikap kita ini, dalam pola berpikir kita, dalam pola berbicara kita, di dalam tindak-tanduk atau perbuatan praktis kita, di dalam kemauan atau kehendak kita. Status garam yang diterapkan kepada kita oleh Tuhan Yesus itu berarti juga hidup kita terdapat kandungan garam yang dapat mernjadikan: sedap dalam masyarakat kita, menjadikan lunak apabila ada orang-orang yang keras wataknya (misalnya apabila ada yang bersitegang dan emosional). Demikian juga menjadikan lestari dalam hal persaudaraan (sifat mengawetkan).

Apa, siapa dan bagaimana terang itu ?

Kota Yerusalem di mana Bait Allah dibangun, batas-batas kota dikelilingi oleh lampu-lampu. Sedangkan kota Yerusalem itu terletak di bukit Zion dan Bait Allah dibangun persis di puncak Zion. Itu berarti dapat dilihat dari mana-mana tempat. Bait Allah melambangkan kedudukan Allah yang beserta dengan bangsa pilihan-Nya. Dalam Kejadian 1:3 dikatakan, bahwa Tuhan Allah adalah sumber terang atau sumber kemuliaan yang sanggup menciptakan hari pertama (bandingkan juga dengan Mzm 119:105). Adapun sifat terang antara lain: sebagai pandangan pertama ketika orang ada dalam kegelapan, menguasai dan sekaligus menepis kegelapan, menjadi pembimbing manakala dalam kegelapan sebuah kapal akan berlabuh (lampu di mercu suar), ada sinar yang bersifat tajam dan dimanfaatkan untuk bedah operasi oleh seorang dokter (sinar laser).

Ibu RA.Kartini dari Jepara, dalam surat menyuratnya dengan rekan sepermainannya di Negeri Belanda (gadis Belanda). Telah menulis banyak surat yang isinya ingin berjuang untuk persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. (kesetaraan gender). Surat-surat tersebut telah dikumpulkan dan dibukukan oleh:Mr.J.H.Abendanon dan diberi judul: ”Door Duisternis tot Licht” (bhs.Indonesia: ”Habis Gelap terbitlah Terang”). Judul ini berdasarkan Mzm 112:4 Bld: ”De oprechten gaat het licht op in de duisternis”. Dalam Kel 40:34-35 disebutkan: ”Cahaya kemuliaan TUHAN”. Cahaya yang kelihatan itu melambangkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya (Ibrani: Shekina). Demikian juga dalam Mzm 119:105 dikatakan bahwa: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Pelita adalah lampu (Ibrani: leragli, lampadas, Jawa: dilah) atau bahkan obor. Sedangkan terang (Ibrani: linetibati, Yunani: foos, Jawa: pepadhang) adalah cahaya yang keluar dari lampu atau pelita.

Menjadi terang dunia, berarti kita diangkat sebagai: lampu itu sendiri (Ibrani: lampadas), obor atau dian yang memancarkan sinar yang menyoroti semua tempat agar menjadi terang, menjadi reflektor atau pemantul (penyalur) sinar kasih Tuhan kepada sesama. Demikian juga sebagai kaki lampu (Jawa: ajug-ajug) yang mengangkat lebih tinggi lampu yang kita bawa yang menyatakan Firman Tuhan. Seperti halnya dengan sifat-sifat lampu, yakni: menepis kegelapan dalam hidup manusia sesama kita (pasti termasuk diri kita sendiri), menuntun orang lain agar tidak kesasar atau terantuk karang barier bagi kapal yang akan berlabuh dan bahkan kita sebagai terang, pasti sebagai pandangan pertama bagi semua orang, apakah kita setia dan baik di lingkungan kita ? Masalahnya apakah terang kita tetap benyala atau redup dan akhirnya padam sama sekali ?

Apa arti semua itu bagi kita ?

Bagaimana tanggapan kita atas Firmnan tersebut ? Apakah kita telah merasa sebagai garam dan terang bagi dunia sekitar kita ? bagaimanakah kwalitas garam dan terang yang ada pada kita ? Marilah kita menyanyikan sebuah lagu tentang fungsi kita sebagai terang dunia agar tetap menyala terang demikian:

Give me oil in my lamp
To keep me burning
Give me oil in my heart
I pray
Give me oil in my heart
To keep me burning
Keep me burning in my life today

Reff:
Sing hosana, sing hosana 3X
To The King, o o o ... King
Sing hosana, sing hosana 3X
To The King.

Hati yang susah harus disoroti oleh terang Firman Tuhan yang kita bawa, agar berubah menjadi gembira. Inilah fungsi kita sebagai terang. Demikian juga kita sebagai garam terhadap hati yang keras agar berubah menjadi lunak.

Akhirnya marilah kita semua merapatkan barisan kita, agar semuanya tidak ada yang tidak masuk dalam barisan pembawa obor terang Firman Tuhan, sambil menggarami masyarakat di mana kita berada kapanpun dan di manapun. Amin.

)* Penulis adalah Dosen Fakultas Theologi UKSW

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan isi pesan Anda pada kolom ini. Pesan ini terbuka baik untuk komunitas GITJ Salatiga atau pengunjung umum lainnya...

Pilih "Beri Komentar sebagai : Name/URL" agar Anda bisa mengisikan nama Anda, kemudian isikan Nama dan URL Anda. Jika Anda tidak memiliki URL, Anda bisa mengisinya dengan bebas, misalnya : www.agus.com, atau www.kristo.org dan sebagainya.