Jelang Pilihan Pengurus

Penulis : Agus Sugiarto
Tulisan ini ditulis menjelang Pemilihan Pengurus GITJ Periode 2008/2009

Kira-kira enam tahun yang lalu, satu minggu setelah saya mendapatkan kepercayaan dari jemaat untuk terlibat dalam kepengurusan GITJ Winong pepathan Salatiga, beberapa orang datang ke kantor saya. Mereka adalah orang-orang yang terlibat secara langsung dalam perintisan GITJ Winong-Salatiga. Singkat kata mereka menyampaikan satu kalimat pendek diawal pembicaraan kami, yang masih saya ingat sampai sekarang. Kalimat tersebut adalah “Pak Agus, kami titip GITJ Salatiga ya…” setelah mendengar kalimat tersebut, membuat saya ingin mengetahui ada apa dengan GITJ Salatiga dan apa yang mereka inginkan terhadap GITJ Salatiga. Ya maklum saja, saya tidak terlibat dalam proses perintisan gereja ini.

Dalam pembicaraan selanjutnya, beberapa hal yang bisa saya tangkap adalah mereka ingin agar GITJ Salatiga dapat berkembang secara sehat selayaknya gereja Tuhan yang lain. Mereka mengatakan bahwa motivator awal pendirian GITJ Salatiga adalah para mahasiswa yang tergabung dalam persekutuan Mahasiswa GITJ yang telah lama terbentuk dan berjalan. Dengan melihat banyak jemaat GITJ yang menjadi mahasiswa di UKSW dan banyak pula anggota GITJ yang berdomisili di Salatiga, mereka ingin mempersatukan komunitas GITJ yang berada di Salatiga dalam sebuah persekutuan yang dapat mengakomodasi mahasiswa dan non mahasiswa dalam bentuk sebuah wadah pelayanan Gereja. Merupakan suatu motivasi yang patut diacungi jempol, menurut saya. Setelah itu saya ingin tahu apa yang mereka harapkan dari saya, yang hanya seorang “pendatang baru “ di GITJ Winong Salatiga. Kemudian mereka menjawab; “Justru karena sebagai pendatang baru, kami percaya kepada Pak Agus untuk membawa gereja ini berkembang dengan tanpa adanya kepentingan pribadi, terbuka, dan demokratis.

Ucapan dari salah satu dari mereka itulah yang ingin saya definisikan selama saya dipercaya jemaat dalam kepengurusan gereja. Ketiga konsep yaitu tanpa kepentingan pribadi, terbuka, dan demokratis itulah yang selalu saya ingat dan pegang selama proses kepengurusan gereja. Saya selalu berusaha tidak membawa kepentingan/nama pribadi saya dalam setiap keberhasilan ataupun kegagalan kegiatan gereja. Setiap keberhasilan ataupun kegagalan merupakan milik bersama seluruh jemaat, bukan miliki saya pribadi. Konsep yang kedua yaitu terbuka, saya pahami sebagai panggilan gereja untuk memberikan pelayanan untuk siapapun, baik pada mahasiswa atau non mahasiswa, orang dari GITJ atau non GITJ, dan siapapun yang memerlukan sebuah pelayanan. Dengan kata lain GITJ Salatiga menjadi Gereja yang terbuka bagi siapapun. Konsep ketiga yaitu demokratis, saya memahami bahwa gereja merupakan sebuah persekutuan orang-orang percaya. Dengan kata lain, gereja adalah miliki bersama sehingga harus dikembangkan secara bersama dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh jemaat untuk memberikan ide, masukan, kritikan bahkan keterlibatan jemaat dalam kepemimpinan atau kepengurusan gereja, dengan tidak mengutamakan kehendak pribadi melainkan kehendak bersama terlebih Tuhan.

Itulah sedikit gambaran tentang awal saya terlibat dalam kepengurusan gereja ini. Dialog antara saya dan beberapa teman yang terlibat dalam perintisan gereja ini, saya maknai sebagai amanat yang memberikan motivasi kepada saya untuk membawa GITJ untuk berkembang dengan lebih baik. Salah satu hal yang penting dalam proses kepengurusan gereja adalah dengan memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh jemaat untuk terlibat dalam pelayanan gereja melalui kepengurusan. Gereja ini membutuhkan orang-orang yang memiliki panggilan pelayanan dengan motivasi yang baik.

Anda-lah orang yang dibutuhkan gereja, Anda-lah orang yang siap dipakai Tuhan untuk melayani, Anda-lah orang yang kami butuhkan… Mari kita berikan sesuatu yang manis dalam sejarah gereja kita…..Mari kita bawa GITJ Salatiga dengan motivasi yang baik dan kearah yang lebih baik pula untuk kemuliaan Tuhan Yesus.
Maju GITJ … Tuhan memberkati.